Read
3 Hal yang Bikin Emosi Orang Tua Bergejolak
- December 2, 2022
- Posted by: Irish Tamzil
- Category: Parenting
Parents, menjadi orang tua itu gak mudah sama sekali, ada aja hal yang bikin emosi. Gak hanya marah tapi juga ada rasa kecewa, putus asa, sedih, dan lainnya. Pernah merasa seperti itu, Parents?
Tentunya emosi itu gak dateng tiba-tiba, ada banyak banget penyebabnya. Mulai dari anak yang susah diatur, rumah berantakan terus, atau bahkan pasangan kurang berperan dalam pengasuhan anak.
Co-Founder Good Enough Parents, Pritta Tyas, M.Psi, menjelaskan setiap orang tua mempunyai tantangan berbeda yang membuat emosi. Namun dari itu semua, ada 3 sumber yang memicu emosi orang tua. Apa saja itu? Simak selengkapnya, ya.
Faktor anak
Nah, kayaknya banyak ya yang sering emosi karena anak? Mulai susah diatur, susah makan, gak mau tidur, anak bertengkar terus sama adik atau kakak. Seolah-olah, anak itu berperilaku menantang sehingga memancing emosi kita.
Faktor lingkungan
Faktor ini bisa dipicu oleh pasangan, keluarga yang tingga serumah sama kita, bahkan kondisi rumah. Misalnya ketika merasa pasangan cuek kurang mau ikut andil dalam pengasuhan, merasa berjuang sendirian, belum perbedaan paham kakek-nenek terhadap pengasuhan anak. Itu biasanya yang membuat emosi jadi marah atau kecewa pada keadaan.
Faktor diri kita sendiri
Kita lahir dengan genetik yang berbeda. Ada orang yang bisa tenang ketika kondisi gak sesuai dengan ekspektasi, ada juga yang cenderung panik bila kondisi gak sebagaimana mestinya.
Bu Prita menambahkan, dalam hal ini ada tiga tipe kepribadian yaitu pesimis, optimis, dan realistis. Orang yang cenderung pesimis itu mudah menyerah dan merasa insecure. Misalnya dia udah nyerah duluan saat mau menyusui anak, merasa gagal ketika anak lagi gak mau makan.
Sedangkan untuk tipe optimis terkadang bisa menjadi unrealistic. Semua harus sesuai rencana dan goals yang dituju, punya banyak banget to-do-list. Ujungnya malah timbul kewalahan jadi stres.
Nah, kalau realistis itu bisa mengatur sesuai kondisi yang ada. Misalnya, “Kebutuhan gerak anak ku lagi tinggi, jadi gak bisa berharap anak duduk lama, gapapa kalau duduknya cuma bisa sebentar.”
Lantas, apakah menjadi realistis itu cara terbaik untuk mengelola emosi dalam hal pengasuhan?
Acknowledge Our Emotions
Contoh kasus, anak lagi makan terus dibuang-buang ke bawah, bahan makanannya mahal pula. Pada saat kejadian itu kita sadari apa yang kita rasakan, mungkin merasa geregetan dan pengin teriak.
Terdapat satu penelitian, ketika kita menyadari apa yang kita pikirkan dan rasakan maka dapat menurunkan intensi kita untuk teriak dan marah.
Allow Our Emotions
Mengizinkan diri kita untuk merasa marah. Emosi gak pernah salah, hanya saja kita perlu mengatur respons kita ketika merasakan hal itu. Hindari melarang diri kita untuk merasa marah karena sudah belajar parenting, ini malah memicu diri kita jadi semakin ingin marah. Dalam hati, kita bisa bilang seperti ini..
“Wajar aja kesal udah masak susah-susah pakai bahan terbaik malah gak dimakan sama anaknya.”
Acceptable solution
Apa yang bisa kita lakukan ke anak untuk bisa menentukan respons yang tepat. Kita harus pahami seluk-beluk tentang anak. Misal anaknya usia 2 tahun, itu sedang bereksplorasi dengan melempar sesuatu, tetap gak boleh dibiarkan tapi kita tahu kalau itu masih perilaku wajar. Kalau gak tahu kan, jadi kesal.
Kita jeda dulu, cuci tangan atau minum, tarik napas dan buang napas. Bari kita tentukan respons. “Adik lagi penasaran ya, makanannya dibuang jadi apa, sekali ini gak apa-apa, abis ini makanannya dimasukin ke mulut, ya.”
Parents, sudah memahami ya, kalau emosi itu wajar banget kita rasain. Asalkan kita bisa tahu bagaimana memberikan respons terbaik untuk anak dengan pengetahuan dan pemahaman dari diri kita.
Mau tahu selengkapnya cara mengelola emosi sebagai orang tua? Yuk, dengarkan podcast Obrolan Meja Makan episode ‘Seni Mengelola Emosi Orangtua Terhadap Anak’ bersama Bu Pritta Tyas.