Read
Tahap Kemampuan Anak dalam Berinteraksi Sosial 
- March 31, 2022
- Posted by: Irish Tamzil
- Category: Parenting
Kemampuan anak akan semakin meningkat seiring bertambahnya usia, termasuk kemampuannya dalam berinteraksi sosial. Anak akan menunjukkan berbagai emosi dan ekspresi untuk menyampaikan perasaannya pada orang lain.
Terdapat sebuah teori dari psikolog Erik Erikson yang mencetuskan tentang Psychosocial Development. Teori ini tentang delapan tahap perkembangan manusia dari mulai bayi hingga manula, tapi kita akan bahas dari usia bayi sampai pra-sekolah saja, ya.
Memahami kemampuan anak dalam berinteraksi sosial itu penting sekali, ini akan menjadi pondasi anak untuk memiliki sifat yang baik pada relasi sosial. Menurut Erikson, berkembangnya manusia dari satu tahap ke tahap berikutnya ditentukan oleh keberhasilan atau ketidakberhasilan dalam menempuh tahap selanjutnya.
Misalnya seperti ini Parents, pada usia bayi tujuan relasinya untuk mendapat kenyamanan dan kepercayaan. Namun ketika anak tidak mendapatkan hal itu, maka kemungkinan besar anak akan merasa sering takut dan kurang percaya diri untuk bereksplorasi di tahap usia selanjutnya.
Fakta lainnya, jika Parents nggak memahami kebutuhan psikososial anak, bisa jadi secara nggak sengaja kita menghalangi kebutuhan tersebut pada anak. Hali ini bisa menjadi salah satu pemicu frekuensi tantrum yang tinggi pada anak.
Jadi di sini, selain mengetahui perkembangan psikososial anak, kita juga akan mempelajari penyebab anak tantrum berdasarkan kebutuhan psikososial pada usianya.
Bayi (0 sampai 1,5 tahun)
Biasanya anak usia bayi akan tantrum ketika merasa terancam sekaligus nggak merasa aman dan nyaman. Misalnya ketika dia lapar nggak langsung diberikan makanan, mengantuk tapi nggak ditidurkan, atau saat bertemu dengan orang-orang baru yang menyentuh pipinya.
Anak di usia ini membutuhkan rasa percaya bahwa dunia dan orang di sekelilingnya itu bisa membuatnya aman dan nyaman. Maka kita perlu memberikan yang dibutuhkan anak dan melindunginya dari lingkungan yang membuatnya merasa kurang nyaman.
Batita (1,5 sampai 3 tahun)
Kemampuan anak pada usia ini mulai ingin punya kendali atas dirinya sendiri. Maka itu anak pada usia tersebut sering menolak tawaran atau aturan kita. Itu sangat wajar sekali karena ia masuk dalam fase tumbuh kembang untuk melatih kendali atau otonomi diri.
Seandainya pada usia ini anak selalu menurut apa yang kita minta dan atur, justru dia nggak mengembangkan tahap otonomi diri itu. Ketika kita memaksa anak saat dia sudah bilang ‘tidak’ atau melanggar batasannya, wajar sekali kalau itu membuatnya tantrum.
Misalnya anak nggak mau mandi tapi kita tetap membawanya ke kamar mandi, memintanya untuk naik ke tempat tidur saat dia masih ingin main.
Pra-sekolah (3 sampai 6 tahun)
Memasuki usia inisiatif ini kita harus lebih tricky dalam menghadapinya. Pada usia ini anak mulai memiliki harga diri dan punya inisiatif sendiri. Misalnya seperti ingin mencuci piringnya sendiri atau melakukan sesuatu atas inisiatif sendiri, bukan karena diminta orang tuanya.
Bila inisiatifnya itu kita langgar anak nggak akan merasa marah aja, tapi juga kecewa terhadap situasi baik itu pada orang lain atau dirinya sendiri. Jadi bukan selalu barang yang dia inginkan tapi inisiatif yang ingin dia lakukan. Contoh, anak bisa saja tantrum saat kita membantu memencet tombol flush di toilet, padahal dia sudah berencana untuk memencetnya sendiri.
Parents, semoga penjelasan ini dapat membantu dalam memenuhi kebutuhan psikososial anak pada usianya, ya. Setidaknya kita bisa memahami salah satu penyebab tantrum pada anak, sehingga kita lebih bisa merespon dengan baik. Salah satunya dengan cara memenuhi kebutuhan psikososial anak kita.
Untuk lebih dalam memahami faktor-faktor yang mempengaruhi tantrum lainnya, Parents bisa bergabung dalam kelas Temper Tantrum yang dibawakan oleh Damar Wijayanti, Dipl. Edu. Montessori sekaligus Positive Discipline Parents Educator. Di kelas ini, Parents diberikan pemahaman mengenai penyebab anak tantrum sampai ke teknik pendampingan saat anak tantrum.