Read
Alasan Anak Usia 2 Tahun Sering Tantrum & Cara Menghadapinya
- November 23, 2022
- Posted by: Irish Tamzil
- Category: Uncategorized
Parents, memiliki anak balita itu menggemaskan ya, ada saja tingkahnya yang menggelitik. Namun kegemasan ini biasanya hanya mendominasi hingga saat anak usia setahun, begitu memasuki usia 2 tahun mulai banyak emosi yang anak tunjukkan termasuk tantrum yang bikin kita kewalahan.
Kalau sudah memasuki fase ini, rasanya sangat menantang. Menghadapi anak menangis sambil melukai diri dengan menjedut kepalanya, menggigit saat ingin ditenangkan, atau berteriak sekerasnya.
Menurut penjelasan Damar Wijayanti, Co-Founder Good Enough Parents, fase ini wajar sekali terjadi terutama saat anak mendekati usia 2 tahun. Maka itu, sebaiknya orang tua melakukan pengajaran regulasi emosi pada anak sedari dini.
“Pada usia itu, anak sudah mulai bisa merasakan berbagai macam emosi, tapi kemampuannya dalam menyampaikan emosi itu masih minim,” jelas Bu Damar dalam podcast ‘Obrolan Meja Makan’.
Sebenarnya emosi yang ditunjukkan anak gak selalu marah dan menangis aja, tapi ada beberapa macam respons yaitu Fight, Flight, dan Freeze. Biasanya respons tersebut muncul ketika anak merasa terancam atau membuatnya gak nyaman.
Fight
Saat merasakan ancaman atau emosi, anak cenderung terlihat agresif seperti memukul, berteriak, berargumentasi, sampai gerakan-gerakan tak terkendali seperti berguling-guling di lantai.
Flight
Anak cenderung menjauh, mengurung diri, menghindar dari konflik, termasuk gak mau didekati.
Freeze
Anak merasa gak paham harus berbuat apa terhadap emosi yang dirasakannya. Mau nangis gak bisa, tapi mau marah juga gak tahu caranya, anak jadi terlihat mematung ketika dalam situasi yang membuatnya gak nyaman.
Nah, dari itu tadi, manakah yang sering dilakukan anak saat mengalami emosi? Pasti jawabannya berbeda-beda, namun cara menghadapinya bisa saja sama. Ketika anak mengalami tantrum, berikut ini respons yang sebaiknya Parents berikan.
Acknowledge
Kita gak meremehkan perasaan yang dialami anak dan membantunya mengenali apa yang dirasakannya.
“Kamu kecewa ya, mainannya rusak. Sedih rasanya, mainannya gampang rusak.”
Allow feeling
Memberikan waktu pada anak untuk menerima kehadiran perasaan tersebut. Jadi ketika anak merasakan emosinya gak langsung ditolak, berikan anak waktu untuk melampiaskan emosinya. Tetapi harus ada batasan, rasa marah diterima tapi bukan sikapnya.
Acceptable
Mengajarkan anak bagaimana melampiaskan perasaan tadi. Misalnya kita ajarkan kalau merasa marah bisa dengan meremas bantal. Kalau merasa sedih, bisa memeluk boneka sambil menangis.
Parents, ingin lebih banyak mengetahui tentang mengelola emosi anak? Yuk, dengarkan penjelasan dari Good Enough Parents di podcast Obrolan Meja Makan dengan topik ‘Melatih Anak Mengelola Emosi’.