Read
Berikan Anak Kesempatan Belajar Melalui Kesalahan
- January 16, 2023
- Posted by: Irish Tamzil
- Category: Parenting


Parents, coba ingat lagi deh, pernah gak kita bikin kesalahan? Seperti apa rasanya? Coba refleksikan perasaan itu pada kondisi anak kita, yuk. Ketika mereka melakukan kesalahan lalu dimarahi atau diejek, rasanya pasti sedih dan sakit, ya.
Begitu juga yang dirasakan anak ketika mereka membuat kesalahan lalu direspons dengan negatif. Dampaknya pasti ada. Anak menjadi sulit percaya diri, takut membuat kesalahan sehingga sulit untuk berkembang. Jangka panjangnya, anak juga dapat bersikap terlalu defensif, terdorong untuk berbohong dan takut mencoba hal baru.
Kenyataannya, di balik kesalahan itu ada sesuatu yang membuat kita belajar untuk lebih baik lagi. Anak jadi memiliki banyak pengalaman dari kegagalan dan keberhasilan. Dengan begitu, kita juga menciptakan pribadi yang resiliensi, mampu kembali pulih dari keadaan yang menekan.
Lantas, bagaimana caranya agar kita bisa menerima kesalahan anak? Pahami dulu bagaimana perasaan dan pandangan kita pada kesalahan selama ini. Apakah kita sendiri merasa kesalahan adalah hal yang tidak bisa diterima sehingga tanpa kita sadari jadi bersikap berlebihan terhadap kesalahan anak? Kira-kira apa saja sih perasaan yang muncul? Apakah takut dinilai orang lain? Ataukah jadi merasa menjadi orang tua yang buruk? Nah kalau sudah ketemu, yuk coba regulasi dulu perasaan-perasaan tersebut agar kita bisa mengerem respon berlebihan pada kesalahan anak.
Mulailah ajarkan anak bersamangat belajar tanpa takut salah. Berikan waktu pada anak untuk bercerita tentang kesalahannya, anak akan menjadi pribadi yang kuat ketika ia bisa tertawa karena kesalahan dan menjadikan itu pelajaran untuk tidak diulangi lagi.
Buat anak merasa nyaman saat menceritakan kesalahannya dengan tanggapan seperti ini;
“Kamu bikin kesalahan itu? Wah, terus apa yang kamu lakuin?”
“Lalu apa yang kamu pelajari dari kejadian itu?”
“Gak perlu takut jatuh dengan berlatih akan membuat kamu lebih kuat.”
Bahkan kita juga bisa menceritakan kesalahan-kesalahan yang pernah atau baru saja kita lakukan di hari itu dan mengajaknya berdiskusi tentang apa yang bisa dilakukan untuk memperbaikinya. Sehingga anak merasa bahwa di rumah kita, siapapun bisa membuat kesalahan dan tidak masalah selama kita memikirkan cara untuk memperbaikinya atau menjadi pribadi yang lebih baik di lain waktu.
Yuk, kita perbaiki kesalahan kita dalam menanggapi anak. Usahakan selalu memberikan respons positif dan diiringi nasihat yang dapat diterima anak. Hindari mempermalukan dan membentak anak, ya 🙂
Terimakasih sharingnya❤️
sebagai orang tua pasti merasa kesal dengan anak melakukan kesalahan yang berulang.dan mengira, dengan memarahi akan meminimalisir kesalahan pada anak. baru tahu, ternyata ini respon yang salah. Tulisannya relate to my daily life as a mom. Baru aja marah2 karena anak bangun tidur nangis, ngompol. Pas, ditanya kenapa, “karena mami gak gendong”. Seberat itu orang tua ngasih ‘gendong’ ke anaknya. Kenapa ya?
Halo Ibu Nina, kami sangat memahami bahwa pada praktiknya, mejadi orang tua yang responsif, baik dan tegas bersamaan adalah hal yang tidak mudah. Apalagi hal ini bisa dipengaruhi oleh banyak hal: pengalaman kita di masa kecil, beban fisik dan mental yang sedang kita hadapi sekarang, keterampilan kita dalam mengelola emosi, dan lain-lain. Meski begitu, kami percaya bahwa saat kita berusaha menjadi orang tua yang cukup baik, progres akan tetap terjadi meskipun baru terasa kecil. Kami juga memahami bahwa dalam perjalanan itu, kita pasti akan membuat kesalahan juga, dan seperti yang dibahas dalam artikel ini, kita juga bisa memberikan kesempatan kepada diri kita untuk melakukan kesalahan, belajar dari pengalaman tersebut dan melakukan perbaikan. Percayalah, saat kita berwelas asih pada diri sendiri kala berbuat salah di hadapan anak, kita akan lebih berwelas asih juga pada anak saat dia berbuat salah di hadapan kita, dan anak pun akan belajar cara memperbaiki kesalahan dari cara kita memperbaiki kesalahan diri sendiri. Semangat ya, yang dibutuhkan anak bukanlah orang tua yang perfect, good enough parent is enough for them 🙂